Iklan

Rabu, 10 April 2019

Makalah Seni Budaya Anyaman Bambu


KATA PENGANTAR


Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta nikmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Seni Budaya Anyaman Bambu”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran seni budaya dan berkeinginan untuk membantu para pembaca lebih mudah memahami mengenai bab seni rupa, terutama pada sub bab seni anyaman.
 Kami sangat sadar, makalah ini tidaklah sempurna, kami minta maaf apabila terdapat kesalahan pada setiap bagiannya, karena kami masih dalam proses pembelajaran.
Saya  berharap dengan adanya makalah ini, tersimpan manfaat atau pun hikmah yang dapat dipetik untuk dijadikan pembelajaran hidup bagi penulis dan pembaca.

                                                                                                            Ipuh, 08 April 2019

      Penulis





BAB I
   PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

            Seni anyam sudah ada sejak dahulu kala, hingga sekarangpun masih akrab dalam kehidupan masyarakat. Bahkan hampir di seluruh nusantara terdapat home industri pengrajin barang anyam-anyaman. Maka bisa dikatakan seni anyam termasuk kategori warisan budaya yang harus dilestarikan.
Hal demikian, sangatlah bertolak belakang dengan kondisi keberadaan di desa Jepang Pakis. Akhir-akhir ini perkembangan di desa tersebut mengalami penurunan dari tahun ke tahun, sehingga hal tersebut tentu sangat mempengaruhi baik dari segi budaya maupun dari perekonomian masyarakat, akibatnya berbagai barang kerajinan anyaman semakin tergeser kedudukannya dari pasaran.
            Kebudayaan yang timbul merupakan kebudayaan yang diturunkan secara turun temurun, yang dapat dikatakan sebagai kearifan  lokal, kebudayaan yang terdapat di Indonesia memiliki karakter yang berbeda sesuai adat dan aturan yang berlaku di masyarakat, Salah satu tradisi budaya yang telah berkembang secara turunntemurun yaitu adalah kerajinan anyaman, anyaman merupakan suatu produk yang dihasilkan dari kegiatan mengatur bilah-bilah seperti pandan, bambu, dan bahan lainnya tindih menindih atau silang  menyilang.
Dalam perkembangan anyaman, tidak adanya pewarisan formal ilmu menganyam dan kurangnya dokumentasi mengenai pola anyaman di Rajapolah merupakan salah satu bukti kurangnya pelestarian dan kecintaan kita terhadap budaya Indonesia. Banyak pengrajin membuat motif anyaman hanya karena mengejar keuntungan, banyak sekali motif anyaman Rajapolah yang tata cara penamaannya didapat dari mengarang nama saja, sehingga banyak motif anyaman Rajapolah dengan bentuk yang sama, beredar dalam satu tempat, tapi memiliki nama yang berbeda. Jika hal ini dibiarkan maka anyaman Rajapolah tidak memiliki karakteristik dan ciri khas, sehingga tidak menutup kemungkinan anyaman Rajapolah hanya akan menjadi sesuatu yang biasa, dan hal ini mungkin akan menjadi suatu masalah di kemudian hari seperti batik yang diklaim oleh negara lain karena menjadi sesuatu yang biasa bagi kita.

1.2 Rumusan Masalah
1.       Apa pengertian seni anyaman bambu
2.       Bagaimana sejarah anyaman bambu
3.      Bagaimana proses pembuatan anyaman bambu
4.       Apa jenis bambu yang digunakan untuk menganyam
5.      Mengapa bambu digunakan dalam anyaman
6.      Apa contoh contoh anyaman bambu
1.3 Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui pengertian anyaman bambu
2.      Mengetahui sejarah anyaman bambu
3.      Mengetahui proses pembuatan anyaman bambu
4.      Mengetahu jenis bambu yang digunakan untuk menganyam
5.      Mengetahui alasan bambu digunakan dalam menganyam
6.      Mengetahui contoh contoh anyaman bambu




BAB II
PEMBAHASAN

2.1Pengertian Seni Anyaman Bambu                   
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia seni adalah keahlian membuat karya yang bermutu dengan keahlian yang luar biasa, kesanggupan akal untuk menciptakan sesuatu yang bernilai tinggi. (Hasan Alwi : 2002).
Adapun anyam menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah mengatur, tindih menindih dan silang menyilang, melakukan pekerjaan menganyam. Sedangkan pengertian seni anyam merupakan kerajinan yang telah menyatu dengan kegiatan sehari-hari masyarakat pedesaaan. (Didi Wiraatmaja : 2006 )

2.2 Sejarah Seni Anyaman Bambu
ada awalnya, seni anyam dipercayai sebagai seni kerajinan tangan yang muncul dan berkembang tanpa adanya pengaruh dari luar. Pada zaman dahulu, kegiatan menganyam ini dilakukan oleh kaum perempuan untuk mengisi waktu senggang dan bukan sebagai mata pencaharian utama. Pekerjaan kaum perempuan ini menghasilkan kerajinan tangan yang dijadikan alat untuk kebutuhan sendiri atau sebagai hadiah untuk anak, saudara dan kerabat dekat sebagai tanda terima ksasih atau kenang – kenangan.Motif anyaman adalah bukti kekayaan tradisi Indonesia. Motif anyamn muncul karena adanya seni menganyam bamboo akan menjadi barang-barang kerajinan. Kerajinan anyaman bamboo akan menghasilkan yang berbeda. Semua motif yang muncul tergantung dari bentuk anyaman bamboo yang dibuat.
Keahlian menganyam disebut sebagai keahlian asli orang melayu. Pendapat ini diperkuat dengan ditemukannya tembikar dan tempat tinggal yang terbuat dari anyaman.
Sejarah anyaman di Indonesia, merupakan masalah yang masih diperdebatkan sampai sekarang. Ada 2 teori mengenai awal mula masuknya keahlian menganyam di Nusantara. Teori pertama adalah menganyam merupakan keahlian asli dari orang melayu termasuk Indonesia, teori ini diperkuat dengan ditemukannya tempat tinggal dan tembikar yang terbuat dari anyaman. Hal ini tidak dimiliki di daerah lainnya, ada beberapa fakta mengenai.
1.    Pada jaman dahulu anyaman merupakan pekerjaan para wanita, dan bukan sebagai mata pencarian, namun sebagai pengisi waktu senggang.
2.    Seseorang wanita dianggap tidak mempunyai sifat kewanitaan yang lengkap jika dia tidak mahir dalam seni anyaman.
3.    Anyaman dahulu hanya alat untuk kegunaan sendiri atau sebagai hadiah, dan sebagai kemasan sebagai hantaran saat berkunjung pada sahabat atau keluarga.
4.    Beberapa anyaman dibuat dengan bentuk yang sangat besar, yang digunakan sebagai alat saat bepergian untuk menyimpan pakaian barang dagangan, serta pada jaman penjajahan digunakan untuk menyimpan senjata yang akan diselundupkan.
Menurut sejarah, para pengikut Sunan Gunung Jati mengajarkan berbagai kerajinan tangan untuk  menarik minat masyarakat untuk memeluk Islam, ternyata dengan cara ini perkembangan Islam sangat pesat hingga tersebar di Jawa Tengah dan Jawa Barat. Ki Tegalmantra (murid Sunan Gunung Jati) yang telah mengajarkan teknik anyam-anyaman kepada masyarakat Cirebon.
Bahkan Desa Tegalmantra dan Tegalwangi tempat dimana Ki Tegalmantra menyebarkan agama Islam, dikenal sebagai sentra industri kerajinan anyaman terbesar di Jawa. Di daerah Jawa Barat daerah Rajapolah, Tasikmalaya, dan Garut merupakan penghasil dari kerajinan anyaman yang dikenal oleh wisatawan domestik dan internasional.

2.3 Proses Pembuatan Anyaman Bambu
Pengolahan bambu untuk anyaman adalah dengan menebang pohon bambu, kemudian diraut dan dihaluskan baik kulit maupun isi, lalu dikerigkan dan kemudian dianyam. Bambu yang sudah diolah dapat dipergunakan untuk membuat apa yang diinginkan perajin,seperti pembuat raga dan peralatan menangkap ikan seperti lukah, belat, sangkar/sangkar ayam,sangkar burung, penampi bersa dan sebagainya.
Disamping itu, cara pembuatan anyama bambu yang lain, yang merupakan inovasi produksi perajin adalah
·    Bambu yang dipergunakan adalah bambu dewasa berukuran besar dan sama panjang ruasnya.
·    Dilakukan pembekahan atau dibelah dan diserut hingga tipis lalu dijemur hingga kering
·    Bambu yag tipis dibetuk dengan meganyam dan diikat dengan rotan yang sudah diraut halus
·    Pekerjaan akhir adalah memberi zat pengkilat dengan meggunakan vernis atau pelitur
Di Kabupaten Kuantan Singigi anyaman bambu ini sudah dikembagkan sebagai suatu usaha kerajinan membuat barang-barang yang bersifat aksesoris yang dekoratif. Produknya antara lain tempat buah, tempat tisu, kap lampu, dan sebgainya.
Di Desa Petapahan, Kabupaten Kampar, cara mengolah bambu untuk pembuatan tudung saji mempunyai cara tersediri yaitu :
·    Batang bambu yang diperluka adalah yang masih muda, berdiameter besar dan beruas panjag.
·    Pohon di tebang dan di kerat-kerat sesuai ukura ruasya.
·    Bagian luar da daging bambu dibuang sehingga tinggal dibagian dalam yag telah tipis.
·    Bagian yang tipis ini di panaskan di perapian sehingga sebagian dalam bambu yang lain licin menjadi paring dan terkelupas dengan sendirinya.
·    Kemudian bambu dibelah sehingga menjadi lembaran yag tipis.
·    Lembaran yang tipis/paring itu dicuci dan dijemur degan panas matahari sampai kerig agar menghasilka bentuk melengkung.
·    Setelah kering, paring tersebut dikerat-kerat sesuai dengan ukura tudung sajai yang diinginka.
·    Paring disususun bertinding atau berlapis dan dijahit satu sama lainnya dengan menggunakan kolindang benang hingga terbentuk bulatan cekung.
·    Pada bagian dalam dilapis dengan daun sangai mengikuti bentuk dari susunan pahing yag sudah diikat dan di jahit.
·    Pada ujung sekeliling lingkaran diberi bingkai dari rotan yang sudah dikupas kulitanya, da terbentuklah sebuah tudung saji.
·    Proses seterusnya adalah membuat lukisan dasar ornamet denga menggunkan alat tulis kalam atau saga, yaitu alat tulis yang terbuat dari lidi pohon enau. Sedangkan bahan tinta adalah campuran dari getah jeruk dengan jelaga atau arag lampu teplok/pelita.
·    Selesai diwarnai, maka jadilah tudung saji.

2.4 Jenis Bambu yang Digunakan Untuk Anyaman
1.  Bambu Tali
Jenis bambu ini umumnya mempunyai rumpun yang rapat. Buluhnya mencapai tinggi 10-20 m, berwarna hijau terang sampai kekuning-kuningan. Percabangan tidak besar. Panjang ruas bambu tali 45 cm – 65 cm dengan diameter batang 5 cm – 8 cm. Batang bambu yang berumur 3 – 5 tahun memiliki tebal daging dan kulit 3 mm – 15 mm(Morisco, 2005). Cabang primer tumbuh dengan baik yang kemudian diikuti oleh cabang-cabang berikutnya. Pada buku-bukunya tampak adanya penonjolan dan berwarna agak kuning dengan miang coklat kehitam hitaman yang melekat. Pelepah buluhnya tidak mudah lepas dari buluhnya meskipun buluh sudah tua (Sastrapraja et
cara pengolahan :
1.    Bambu dipotong-potong, dibuang bagian ruasnya .
2.    Buluh bambu kemudian dibelah belah dengan ukuran 1,5 cm dan dijemur dibawah sinar matahari langsung selama kurang lebih satu hari. (Hal ini dilakukan untuk mendapatkan bambu yang mudah untuk disayat tipis)
3.    Setelah dijemur satu hari, bambu disayat tipis-tipis dengan ketebalan 1-2 mm.
4.    Sayatan tipis yang diperoleh, dijemur dibawah sinar matahri
5.    langsung sehingga diperoleh sayatan bambu yang cukup kering dan mudah untuk dianyam tanpa menimbulkan kerusakan pada sayatan bambu (diperoleh kestabilan dimensi sayatan bambu).
6.    Bambu yang telah disayat tipis, kemudian dianyam sehingga diperoleh dua jenis pola anyaman bambu, yaitu pola anyaman kajang dan kepang yang umum digunakan dimasyarakat. Anyaman dibuat dengan ukuran 50 cm x 50 cm dengan variasi dua jenis bagian bambu yaitu kulit dan daging bambu.

2.5 Alasan Bambu Digunakan Untuk Anyaman
Bambu adalah tanaman jenis rumput-rumputan dengan rongga dan ruas di batangnya. Bambu memiliki banyak tipe. Nama lain dari bambu adalah buluh, aur, dan eru. Di dunia ini bambu merupakan salah satu tanaman dengan pertumbuhan paling cepat karena memiliki sistem rhizoma-dependen unik, (Wikipedia). Beberapa keunggulan bambu :
1.      Mudah ditanam dan tidak memerlukan pemeliharaan khusus.
2.      Untuk melakukan budidaya bambu, tidak diperlukan investasi yang besar, setelah tanaman          sudah mantap, hasilnya dapat diperoleh secara menerus tanpa menanam lagi.
3.      Secara fisik memiliki kelebihan yaitu serat panjang dan rapat, lentur tidak mudah patah, dinding keras dan sebagainya. Kecepatan pertumbuhan bambu dalam menyelesaikan masa pertumbuhan vegetatifnya merupakan tercepat dan tidak ada tanaman lain yang sanggup menyamainya. Dari beberapa hasil penelitian, kecepatan pertumbuhan vegetatif bambu dalam 24 jam berkisar 30 cm – 120 cm per 24 jam, tergantung dari jenisnya. Sebuah keajaiban pertumbuhan yang tidak dapat ditemukan pada tanaman lain.
4.      Budidaya bambu dapat dilakukan sembarang orang, dengan peralatan sederhana dan tidak memerlukan bekal pengetahuan yang tinggi.
5.      Memiliki ketahanan yang luar biasa, Sebagai contoh : rumpun bambu yang telah dibakar, masih dapat tumbuh lagi, bahkan pada saat Hiroshima dijatuhi bom atom sampai rata dengan tanah, bambu adalah satu-satunya jenis tanaman yang masih bertahan hidup.

2.6 Contoh Contoh Anyaman Bambu
1. Bingga/tonda.
Dalam bahasa Indonesia disebut 'Bakul', Adalah anyaman ini terbuat dari batang bambu yang sudah di potong, dibelah dan di iris sesuai ukurannya kemudian dianyam sedemikian rupa hingga membentuk sebuah bakul.
Secara teknis, bakul bisa dibuat baik dalam ukuran yang besar ataupun kecil sesuai keinginan pembuatnya. Manfaat dari bakul ini adalah bisa mengisi/menyimpan benda - benda apa saja, seperti hasil komoditi dan lain sebagainya. Selain itu, dalam tradisi adat seperti ‘posusa’ (partisipasi dan sumbangsi untuk keluarga besar), bakul juga kerap digunahkan sebagai tempat menyimpan gabah atau beras untuk diantarkan kepada penyelenggara acara misalnya perkawinan, kematian dan sebagainya. Salah satu keunikan yang tidak akan pernah bisa ditiruh oleh masyarakat manapun didunia adalah mana kala Para masyarakat menjunjung bakul dikepalanya meskipun tidak dipegang, bakul itu seolah tidak mau beringsut dan tidak terjatuh dari kepala orang yang sedang menjunjungnya. Suatu keunikan yang tidak terduga oleh siapapun, memang hal ini terkesan enteng namun jika belum biasa, siapapun tidak akan bisa meniruhnya.
2. Tapi 
Kalau diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia artinya Nyiru. Alat ini juga terbuat dari Bambu yang dianyam dan bermanfaat untuk menampi/menyaring beras supaya bisa dimasak. Kidhe juga sering dijumpai di daerah lainnya seperti pulau Jawa, Sumatera, Bali dan lain - lain. Meski demikian, tentunya semua memiliki bentuk dan kualitas yang sedikit berbeda tergantung pembuatannya. Beberapa dekade terakhir, alat ini sudah berkembang dan dimodifikasi serta dibuat dengan plastik.
3. Toru
Dalam bahasa Indonesia disebut 'Topi'. Biasanya dibuat dari daun lontar yang sudah dikeringkan. Masyarakat Sulawesi tengah kerap memanfaatkan topi untuk melindungi kepala dari terik matahari. Model Topi yang dibuat bersayap lebar adalah contoh yang dibawahkan bangsa Portugis di tanah Flores. Pada mulanya, jenis topi yang bersayap lebar ini adalah terbuat dari kulit binatang oleh para Koboi Amerika Latin beberapa abad yang lalu, hingga akhirnya dibuat dari daun Lontar oleh masyarakat Sulawesi tengah sesuai dengan ciri khas masyarakat setempat. Dalam kurun waktu beberapa dekade belakangan ini, Topi menjadi Icon dan Trend pergaulan anak muda masa kini dengan model yang sangat variatif.
4. Ompa atau 'Tikar'. 
            Ini adalah anyaman yang terbuat dari semacam Daun Rami yang biasa tumbuh di pinggiran kali. Tentu tikar bermanfaat untuk alas tidur didalam rumah ataupun diluar rumah. Tikar dibuat sangat bervariasi karena dapat juga diwarnai menggunakan pewarna pakaian. Sama seperti 'Bakul', Tikar juga dibawah oleh bangsa Melayu ketanah kaili beberapa abad silam.
            Selain benda - benda kerajinan tangan yang disebutkan diatas, beberapa tahun terakhir ini para masyarakat Sulawesi tengah juga sudah mengembangkan hasil karyanya seperti; Dompet, Tas dan Souvenir - souvenir lainnya untuk dijual. Hanya saja semua itu masih
terkendala masalah kekurangan dana untuk bisa bersaing dikanca Nasional maupun Internasional. Jika saja pemerintah setempat dapat melihat dan melirik peluang ini, bukan tidak mungkin, ini bisa menjadi andalan untuk menunjang daerah Sulawesi tengah sebagai Icon Wisata nasional.




BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa :
1.      Seni anyaman bambu adalah proses menyilangkan bahan-bahan daripada tumbuh-tumbuhan untuk dijadikan satu rumpun yang kuat dan boleh digunakan.
2.      Jenis bambu yang paling baiuk digunakan untuk menganyam adalah bambu tali.
3.       Untuk membuat anyaman bambu, diperlukan teknik teknik seperti teknik anyaman tunggal, teknik anyaman bilik, teknik anyaman teratai, teknik anyaman bunga cengkih.
4.      Sejak munculnya barang-barang produk modern, barang hasil kerajinan anyam bambu   tergeser dari pasaran sehingga menyebabkan pendapatan masyarakat mengalami penurunan.
5.      Harga bahan baku yang kian melambung tinggi menjadi kendala utama dalam penyediaan bahan baku.

B. Saran
Dalam uraian ini penulis ingin mengemukakan beberapa saran. Adapun saran yang ingin penulis sampaikan antara lain :

1.      Untuk tetap melestarikan seni anyam bambu hendaknya dibentuk sebuah lembaga desa yang bisa memasarkan hasil produksi anyaman bambu.
2.      Bagi para pengrajin hendaknya berusaha lebih kreatif lagi dalam membuat anyaman bambu.   







Makalah Seni Budaya Anyaman Bambu

KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta nikmat-Nya sehingga kami dapat me...