KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta nikmat-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Seni Budaya Anyaman Bambu”. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran seni budaya dan berkeinginan untuk
membantu para pembaca lebih mudah memahami mengenai bab seni rupa, terutama
pada sub bab seni anyaman.
Kami sangat sadar, makalah ini
tidaklah sempurna, kami minta maaf apabila terdapat kesalahan pada setiap
bagiannya, karena kami masih dalam proses pembelajaran.
Saya berharap dengan adanya
makalah ini, tersimpan manfaat atau pun hikmah yang dapat dipetik untuk
dijadikan pembelajaran hidup bagi penulis dan pembaca.
Ipuh,
08 April 2019
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Seni
anyam sudah ada sejak dahulu kala, hingga sekarangpun masih akrab dalam
kehidupan masyarakat. Bahkan hampir di seluruh nusantara terdapat home industri
pengrajin barang anyam-anyaman. Maka bisa dikatakan seni anyam termasuk
kategori warisan budaya yang harus dilestarikan.
Hal
demikian, sangatlah bertolak belakang dengan kondisi keberadaan di desa Jepang
Pakis. Akhir-akhir ini perkembangan di desa tersebut mengalami penurunan dari
tahun ke tahun, sehingga hal tersebut tentu sangat mempengaruhi baik dari segi
budaya maupun dari perekonomian masyarakat, akibatnya berbagai barang kerajinan
anyaman semakin tergeser kedudukannya dari pasaran.
Kebudayaan
yang timbul merupakan kebudayaan yang diturunkan secara turun temurun, yang
dapat dikatakan sebagai kearifan lokal, kebudayaan yang terdapat di
Indonesia memiliki karakter yang berbeda sesuai adat dan aturan yang berlaku di
masyarakat, Salah satu tradisi budaya yang telah berkembang secara
turunntemurun yaitu adalah kerajinan anyaman, anyaman merupakan suatu produk
yang dihasilkan dari kegiatan mengatur bilah-bilah seperti pandan, bambu, dan bahan
lainnya tindih menindih atau silang menyilang.
Dalam perkembangan anyaman, tidak adanya pewarisan formal
ilmu menganyam dan kurangnya dokumentasi mengenai pola anyaman di Rajapolah
merupakan salah satu bukti kurangnya pelestarian dan kecintaan kita terhadap
budaya Indonesia. Banyak pengrajin membuat motif anyaman hanya karena mengejar
keuntungan, banyak sekali motif anyaman Rajapolah yang tata cara penamaannya
didapat dari mengarang nama saja, sehingga banyak motif anyaman Rajapolah
dengan bentuk yang sama, beredar dalam satu tempat, tapi memiliki nama yang
berbeda. Jika hal ini dibiarkan maka anyaman Rajapolah tidak memiliki
karakteristik dan ciri khas, sehingga tidak menutup kemungkinan anyaman
Rajapolah hanya akan menjadi sesuatu yang biasa, dan hal ini mungkin akan
menjadi suatu masalah di kemudian hari seperti batik yang diklaim oleh negara
lain karena menjadi sesuatu yang biasa bagi kita.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian seni anyaman bambu
2.
Bagaimana sejarah anyaman bambu
3.
Bagaimana proses pembuatan anyaman bambu
4.
Apa jenis bambu yang digunakan untuk menganyam
5.
Mengapa bambu digunakan dalam anyaman
6.
Apa contoh contoh anyaman bambu
1.3 Tujuan Penulisan
1.
Mengetahui pengertian anyaman bambu
2. Mengetahui sejarah anyaman bambu
3. Mengetahui proses pembuatan anyaman
bambu
4. Mengetahu jenis bambu yang digunakan
untuk menganyam
5. Mengetahui alasan bambu digunakan dalam
menganyam
6.
Mengetahui contoh contoh anyaman bambu
BAB II
PEMBAHASAN
2.1Pengertian Seni Anyaman Bambu
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia seni adalah keahlian membuat karya
yang bermutu dengan keahlian yang luar biasa, kesanggupan akal untuk
menciptakan sesuatu yang bernilai tinggi. (Hasan Alwi : 2002).
Adapun anyam menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah mengatur, tindih
menindih dan silang menyilang, melakukan pekerjaan menganyam. Sedangkan
pengertian seni anyam merupakan kerajinan yang telah menyatu dengan kegiatan
sehari-hari masyarakat pedesaaan. (Didi Wiraatmaja : 2006 )
2.2 Sejarah
Seni Anyaman Bambu
ada awalnya, seni anyam
dipercayai sebagai seni kerajinan tangan yang muncul dan berkembang tanpa
adanya pengaruh dari luar. Pada zaman dahulu, kegiatan menganyam ini dilakukan
oleh kaum perempuan untuk mengisi waktu senggang dan bukan sebagai mata
pencaharian utama. Pekerjaan kaum perempuan ini menghasilkan kerajinan tangan
yang dijadikan alat untuk kebutuhan sendiri atau sebagai hadiah untuk anak,
saudara dan kerabat dekat sebagai tanda terima ksasih atau kenang – kenangan.Motif anyaman adalah bukti kekayaan tradisi Indonesia. Motif anyamn muncul
karena adanya seni menganyam bamboo akan menjadi barang-barang kerajinan.
Kerajinan anyaman bamboo akan menghasilkan yang berbeda. Semua motif yang
muncul tergantung dari bentuk anyaman bamboo yang dibuat.
Keahlian menganyam
disebut sebagai keahlian asli orang melayu. Pendapat ini diperkuat dengan
ditemukannya tembikar dan tempat tinggal yang terbuat dari anyaman.
Sejarah anyaman di Indonesia, merupakan masalah yang masih diperdebatkan sampai sekarang. Ada 2 teori
mengenai awal mula masuknya keahlian menganyam di Nusantara. Teori pertama
adalah menganyam merupakan keahlian asli dari orang melayu termasuk Indonesia,
teori ini diperkuat dengan ditemukannya tempat tinggal dan tembikar yang
terbuat dari anyaman. Hal ini tidak dimiliki di daerah lainnya, ada beberapa
fakta mengenai.
1. Pada jaman dahulu anyaman merupakan pekerjaan
para wanita, dan bukan sebagai mata pencarian, namun sebagai pengisi waktu
senggang.
2. Seseorang wanita dianggap tidak
mempunyai sifat kewanitaan yang lengkap jika dia tidak mahir dalam seni
anyaman.
3. Anyaman dahulu hanya alat untuk kegunaan
sendiri atau sebagai hadiah, dan sebagai kemasan sebagai hantaran saat
berkunjung pada sahabat atau keluarga.
4. Beberapa anyaman dibuat dengan bentuk
yang sangat besar, yang digunakan sebagai alat saat bepergian untuk menyimpan
pakaian barang dagangan, serta pada jaman penjajahan digunakan untuk menyimpan
senjata yang akan diselundupkan.
Menurut sejarah, para pengikut Sunan Gunung Jati mengajarkan berbagai kerajinan tangan untuk menarik minat masyarakat untuk memeluk Islam, ternyata
dengan cara ini perkembangan Islam sangat pesat hingga tersebar di Jawa Tengah
dan Jawa Barat. Ki Tegalmantra (murid Sunan Gunung Jati) yang telah mengajarkan
teknik anyam-anyaman kepada masyarakat Cirebon.
Bahkan Desa Tegalmantra dan Tegalwangi tempat dimana Ki Tegalmantra
menyebarkan agama Islam, dikenal sebagai sentra industri kerajinan anyaman
terbesar di Jawa. Di daerah Jawa Barat daerah Rajapolah, Tasikmalaya, dan Garut merupakan
penghasil dari kerajinan anyaman yang dikenal oleh wisatawan domestik dan
internasional.
2.3 Proses Pembuatan Anyaman Bambu
Pengolahan bambu untuk anyaman adalah dengan
menebang pohon bambu, kemudian diraut dan dihaluskan baik kulit maupun isi,
lalu dikerigkan dan kemudian dianyam. Bambu yang sudah diolah dapat
dipergunakan untuk membuat apa yang diinginkan perajin,seperti pembuat raga dan
peralatan menangkap ikan seperti lukah, belat, sangkar/sangkar ayam,sangkar
burung, penampi bersa dan sebagainya.
Disamping itu, cara pembuatan anyama bambu yang lain, yang merupakan
inovasi produksi perajin adalah
· Bambu yang dipergunakan adalah bambu dewasa berukuran
besar dan sama panjang ruasnya.
· Dilakukan pembekahan atau dibelah dan diserut hingga
tipis lalu dijemur hingga kering
· Bambu yag tipis dibetuk dengan meganyam dan diikat
dengan rotan yang sudah diraut halus
· Pekerjaan akhir adalah memberi zat pengkilat dengan
meggunakan vernis atau pelitur
Di Kabupaten Kuantan Singigi anyaman
bambu ini sudah dikembagkan sebagai suatu usaha kerajinan membuat barang-barang
yang bersifat aksesoris yang dekoratif. Produknya antara lain tempat buah,
tempat tisu, kap lampu, dan sebgainya.
Di Desa Petapahan, Kabupaten
Kampar, cara mengolah bambu untuk pembuatan tudung saji mempunyai cara
tersediri yaitu :
· Batang bambu yang diperluka adalah yang masih muda,
berdiameter besar dan beruas panjag.
· Pohon di tebang dan di kerat-kerat sesuai ukura ruasya.
· Bagian luar da daging bambu dibuang sehingga tinggal
dibagian dalam yag telah tipis.
· Bagian yang tipis ini di panaskan di perapian sehingga
sebagian dalam bambu yang lain licin menjadi paring dan terkelupas dengan
sendirinya.
· Kemudian bambu dibelah sehingga menjadi lembaran yag
tipis.
· Lembaran yang tipis/paring itu dicuci dan dijemur degan
panas matahari sampai kerig agar menghasilka bentuk melengkung.
· Setelah kering, paring tersebut dikerat-kerat sesuai
dengan ukura tudung sajai yang diinginka.
· Paring disususun bertinding atau berlapis dan dijahit
satu sama lainnya dengan menggunakan kolindang benang hingga terbentuk bulatan
cekung.
· Pada bagian dalam dilapis dengan daun sangai mengikuti
bentuk dari susunan pahing yag sudah diikat dan di jahit.
· Pada ujung sekeliling lingkaran diberi bingkai dari
rotan yang sudah dikupas kulitanya, da terbentuklah sebuah tudung saji.
· Proses seterusnya adalah membuat lukisan dasar ornamet
denga menggunkan alat tulis kalam atau saga, yaitu alat tulis yang terbuat dari
lidi pohon enau. Sedangkan bahan tinta adalah campuran dari getah jeruk dengan
jelaga atau arag lampu teplok/pelita.
· Selesai diwarnai, maka jadilah tudung saji.
2.4 Jenis Bambu yang Digunakan Untuk Anyaman
1. Bambu Tali
Jenis bambu ini umumnya mempunyai rumpun
yang rapat. Buluhnya mencapai tinggi 10-20 m, berwarna hijau terang sampai
kekuning-kuningan. Percabangan tidak besar. Panjang ruas bambu tali 45 cm – 65
cm dengan diameter batang 5 cm – 8 cm. Batang bambu yang berumur 3 – 5 tahun
memiliki tebal daging dan kulit 3 mm – 15 mm(Morisco, 2005). Cabang primer
tumbuh dengan baik yang kemudian diikuti oleh cabang-cabang berikutnya. Pada
buku-bukunya tampak adanya penonjolan dan berwarna agak kuning dengan miang
coklat kehitam hitaman yang melekat. Pelepah buluhnya tidak mudah lepas dari
buluhnya meskipun buluh sudah tua (Sastrapraja et
cara pengolahan :
1.
Bambu dipotong-potong, dibuang bagian ruasnya .
2.
Buluh bambu kemudian dibelah belah dengan ukuran 1,5 cm dan dijemur dibawah
sinar matahari langsung selama kurang lebih satu hari. (Hal ini dilakukan untuk
mendapatkan bambu yang mudah untuk disayat tipis)
3.
Setelah dijemur satu hari, bambu disayat tipis-tipis dengan ketebalan 1-2
mm.
4.
Sayatan tipis yang diperoleh, dijemur dibawah sinar matahri
5.
langsung sehingga diperoleh sayatan bambu yang cukup kering dan mudah untuk
dianyam tanpa menimbulkan kerusakan pada sayatan bambu (diperoleh kestabilan
dimensi sayatan bambu).
6.
Bambu yang telah disayat tipis, kemudian dianyam sehingga diperoleh dua
jenis pola anyaman bambu, yaitu pola anyaman kajang dan kepang yang umum
digunakan dimasyarakat. Anyaman dibuat dengan ukuran 50 cm x 50 cm dengan
variasi dua jenis bagian bambu yaitu kulit dan daging bambu.
2.5 Alasan Bambu Digunakan Untuk Anyaman
Bambu adalah tanaman jenis rumput-rumputan dengan rongga dan ruas di
batangnya. Bambu memiliki banyak tipe. Nama lain dari bambu adalah buluh, aur,
dan eru. Di dunia ini bambu merupakan salah satu tanaman dengan pertumbuhan
paling cepat karena memiliki sistem rhizoma-dependen unik, (Wikipedia).
Beberapa keunggulan bambu :
1. Mudah ditanam dan tidak memerlukan
pemeliharaan khusus.
2. Untuk melakukan budidaya bambu, tidak
diperlukan investasi yang besar, setelah tanaman sudah mantap, hasilnya dapat
diperoleh secara menerus tanpa menanam lagi.
3. Secara fisik memiliki kelebihan yaitu
serat panjang dan rapat, lentur tidak mudah patah, dinding keras dan
sebagainya. Kecepatan pertumbuhan bambu dalam menyelesaikan masa pertumbuhan
vegetatifnya merupakan tercepat dan tidak ada tanaman lain yang sanggup
menyamainya. Dari beberapa hasil penelitian, kecepatan pertumbuhan vegetatif
bambu dalam 24 jam berkisar 30 cm – 120 cm per 24 jam, tergantung dari
jenisnya. Sebuah keajaiban pertumbuhan yang tidak dapat ditemukan pada tanaman
lain.
4. Budidaya bambu dapat dilakukan sembarang
orang, dengan peralatan sederhana dan tidak memerlukan bekal pengetahuan yang
tinggi.
5. Memiliki ketahanan yang luar biasa,
Sebagai contoh : rumpun bambu yang telah dibakar, masih dapat tumbuh lagi,
bahkan pada saat Hiroshima dijatuhi bom atom sampai rata dengan tanah, bambu
adalah satu-satunya jenis tanaman yang masih bertahan hidup.
2.6 Contoh
Contoh Anyaman Bambu
1. Bingga/tonda.
Dalam bahasa Indonesia disebut 'Bakul', Adalah anyaman ini terbuat dari
batang bambu yang sudah di potong, dibelah dan di iris sesuai ukurannya
kemudian dianyam sedemikian rupa hingga membentuk sebuah bakul.
Secara teknis, bakul bisa dibuat baik dalam ukuran yang besar ataupun kecil
sesuai keinginan pembuatnya. Manfaat dari bakul ini adalah bisa
mengisi/menyimpan benda - benda apa saja, seperti hasil komoditi dan lain
sebagainya. Selain itu, dalam tradisi adat seperti ‘posusa’ (partisipasi dan
sumbangsi untuk keluarga besar), bakul juga kerap digunahkan sebagai tempat
menyimpan gabah atau beras untuk diantarkan kepada penyelenggara acara misalnya
perkawinan, kematian dan sebagainya. Salah satu keunikan yang tidak akan pernah
bisa ditiruh oleh masyarakat manapun didunia adalah mana kala Para masyarakat
menjunjung bakul dikepalanya meskipun tidak dipegang, bakul itu seolah tidak
mau beringsut dan tidak terjatuh dari kepala orang yang sedang menjunjungnya.
Suatu keunikan yang tidak terduga oleh siapapun, memang hal ini terkesan enteng
namun jika belum biasa, siapapun tidak akan bisa meniruhnya.
2. Tapi
Kalau diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia artinya Nyiru. Alat ini juga
terbuat dari Bambu yang dianyam dan bermanfaat untuk menampi/menyaring beras
supaya bisa dimasak. Kidhe juga sering dijumpai di daerah lainnya seperti pulau
Jawa, Sumatera, Bali dan lain - lain. Meski demikian, tentunya semua memiliki
bentuk dan kualitas yang sedikit berbeda tergantung pembuatannya. Beberapa
dekade terakhir, alat ini sudah berkembang dan dimodifikasi serta dibuat dengan
plastik.
3. Toru
Dalam bahasa Indonesia disebut 'Topi'. Biasanya dibuat dari daun lontar
yang sudah dikeringkan. Masyarakat Sulawesi tengah kerap memanfaatkan topi
untuk melindungi kepala dari terik matahari. Model Topi yang dibuat bersayap
lebar adalah contoh yang dibawahkan bangsa Portugis di tanah Flores. Pada
mulanya, jenis topi yang bersayap lebar ini adalah terbuat dari kulit binatang
oleh para Koboi Amerika Latin beberapa abad yang lalu, hingga akhirnya dibuat
dari daun Lontar oleh masyarakat Sulawesi tengah sesuai dengan ciri khas
masyarakat setempat. Dalam kurun waktu beberapa dekade belakangan ini, Topi
menjadi Icon dan Trend pergaulan anak muda masa kini dengan model yang sangat
variatif.
4. Ompa atau
'Tikar'.
Ini adalah anyaman yang terbuat dari semacam Daun Rami yang biasa tumbuh di pinggiran kali. Tentu tikar bermanfaat untuk alas tidur didalam rumah ataupun diluar rumah. Tikar dibuat sangat bervariasi karena dapat juga diwarnai menggunakan pewarna pakaian. Sama seperti 'Bakul', Tikar juga dibawah oleh bangsa Melayu ketanah kaili beberapa abad silam.
Selain benda - benda kerajinan tangan yang disebutkan diatas, beberapa tahun terakhir ini para masyarakat Sulawesi tengah juga sudah mengembangkan hasil karyanya seperti; Dompet, Tas dan Souvenir - souvenir lainnya untuk dijual. Hanya saja semua itu masih terkendala masalah kekurangan dana untuk bisa bersaing dikanca Nasional maupun Internasional. Jika saja pemerintah setempat dapat melihat dan melirik peluang ini, bukan tidak mungkin, ini bisa menjadi andalan untuk menunjang daerah Sulawesi tengah sebagai Icon Wisata nasional.
Ini adalah anyaman yang terbuat dari semacam Daun Rami yang biasa tumbuh di pinggiran kali. Tentu tikar bermanfaat untuk alas tidur didalam rumah ataupun diluar rumah. Tikar dibuat sangat bervariasi karena dapat juga diwarnai menggunakan pewarna pakaian. Sama seperti 'Bakul', Tikar juga dibawah oleh bangsa Melayu ketanah kaili beberapa abad silam.
Selain benda - benda kerajinan tangan yang disebutkan diatas, beberapa tahun terakhir ini para masyarakat Sulawesi tengah juga sudah mengembangkan hasil karyanya seperti; Dompet, Tas dan Souvenir - souvenir lainnya untuk dijual. Hanya saja semua itu masih terkendala masalah kekurangan dana untuk bisa bersaing dikanca Nasional maupun Internasional. Jika saja pemerintah setempat dapat melihat dan melirik peluang ini, bukan tidak mungkin, ini bisa menjadi andalan untuk menunjang daerah Sulawesi tengah sebagai Icon Wisata nasional.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa :
1.
Seni anyaman bambu adalah proses
menyilangkan bahan-bahan daripada tumbuh-tumbuhan untuk dijadikan satu rumpun
yang kuat dan boleh digunakan.
2.
Jenis bambu yang paling baiuk digunakan
untuk menganyam adalah bambu tali.
3.
Untuk membuat anyaman
bambu, diperlukan teknik teknik seperti teknik anyaman tunggal, teknik anyaman
bilik, teknik anyaman teratai, teknik anyaman bunga cengkih.
4.
Sejak munculnya barang-barang produk
modern, barang hasil kerajinan anyam bambu tergeser dari pasaran sehingga
menyebabkan pendapatan masyarakat mengalami penurunan.
5.
Harga bahan baku yang kian melambung
tinggi menjadi kendala utama dalam penyediaan bahan baku.
B. Saran
Dalam uraian ini penulis ingin mengemukakan beberapa saran. Adapun saran
yang ingin penulis sampaikan antara lain :
1. Untuk
tetap melestarikan seni anyam bambu hendaknya dibentuk sebuah lembaga desa yang
bisa memasarkan hasil produksi anyaman bambu.
2. Bagi para
pengrajin hendaknya berusaha lebih kreatif lagi dalam membuat anyaman
bambu.